Suatu kali ada sepasang suami istri yang hidup serumah dengan ayah sang suami. Orang tua ini sangat merepotkan karena berperangai buruk dan tak henti-hentinya mengeluh. Akhirnya pasangan tersebut memutuskan untuk mengenyahkannya. Sang suami memasukkan ayahnya ke dalam keranjang yang dipanggul di bahunya. Ketika ia sedang bersiap-siap meninggalkan rumah, anak laki-lakinya yang baru berusia delapan tahun muncul dan bertanya, “Ayah, kakek mau dibawa kemana?”. Sang ayah menjawab bahwa ia bermaksud membawa kakek ke gunung agar ia bisa belajar hidup sendiri. Anak itu terdiam menyaksikan ayahnya berlalu, tiba-tiba ia berteriak, “Ayah, jangan lupa membawa pulang keranjangnya!”

Ayahnya merasa aneh, sehingga ia berhenti dan bertanya,”Mengapa?”. Anak itu menjawab, “Aku memerlukannya untuk membawa ayah nanti kalau ayah sudah tua.” Orang itu segera membawa kembali ayahnya dan sejak saat itu mereka merawat orang tua itu dengan penuh perhatian dan memenuhi segala kebutuhannya.

Jika kita menginginkan anak-anak kita untuk memahami arti cinta kasih, rasa berterima kasih, dan kesabaran, kita sendiri harus menjalankannya. Orang tua harus berhati-hati jika mereka ingin berbuat sesuatu di hadapan anak-anak mereka. (Ven. Sri Dhammananda, dalam buku Be Happy, hal 130)