Sudah Tepatkah Bentuk Investasi Anda ?

Berapa banyak dari kita yang sudah menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk ditabung atau diinvestasikan ?
Ataukah kita masi belum dapat menyisihkan sedikitpun penghasilan kita ?

Kalo kita menjawab Ya, untuk pertanyaan pertama, itu Bagus ! Tapi kalo kita masi menjawab Ya untuk pertanyaan kedua, tidak ada salahnya juga, karena untuk sebagian kecil orang bisa jadi saat ini memang keadaannya belum memungkinkan.

Sebenarnya mengapa kita sulit sekali untuk menyisihkan penghasilan kita padahal mungkin penghasilan kita bertambah dari waktu ke waktu ?
Ada 2 jawaban dominan yang umum dari pertanyaan diatas

1. Pertambahan penghasilan kalah cepat dari peningkatan inflasi
Kita tahu bahwa inflasi rata2x dunia adalah di kisaran 5-10% per tahun, apakah peningkatan penghasilan kita sudah diatas kisaran angka diatas ?
Kalo ya, berarti alasan diatas tidak berlaku. Artinya mungkin alasan kedua.
2. Pertambahan penghasilan kalah cepat dari peningkatan pengeluaran.
Nah, biasanya alasan ini yang paling dominan terjadi dan seringnya jarang disadari. Misal, saat kita naik jabatan dari staff biasa jadi supervisor, penghasilan naik dari 2 juta menjadi 3 juta sebulan. Apa yang umumnya dilakukan ? biasanya yang pertama dilakukan adalah meningkatkan ‘kelas penampilan’ kita, bukan. Ya, dari sepatu, baju, handphone, kendaraan, dan lainnya pasti ada yang berubah jika kita mengalami hal diatas.

Kalo alasan kedua kita alami, wajar saja, karena mayoritas dari kita juga mengalami hal yang sama. Tapi apakah yang mayoritas selalu benar ? Tentunya tidak bukan, mengapa ?
Coba perhatikan ilustrasi dibawah ini :
Misal, suatu hari kita diberikan uang 2 juta rupiah secara cuma-cuma, apa yang akan kita lakukan. Ada 2 kemungkinan..
1. Belanjakan, misal kita belanjakan beli Black*erry seharga 2 juta.
2. Tabung, misal kita tabung di bank.
Ok, mana yang lebi bijak ? Kalo kita tanya saat ini, tergantung dari sudut mana melihatnya. Namun coba perhatikan apa yang terjadi 3 tahun lagi misalnya ?
Jika kita melakukan pilihan pertama, dan kita jual Black*erry kita, berapa nilai uang kita sekarang, ya paling setengah dari harga 3 tahun lalu kan, ya paling besar 1 juta.
Sekarang bagaimana kalo kita melakukan pilihan kedua, dan kita ambil uang kita di bank, anggaplah biaya bunga dan administrasi bank sama, ya, uang kita masih 2 juta, bukan ?

Nah dalam waktu 3 taun pilihan yang salah dalam menggunakan uang kita, dapat berakibat Fatal, bukan ? Ya, uang anda berkurang menjadi setengahnya dalam waktu 3 taun dibanding jika anda melakukan pilihan yang bijak. Ya, begitulah kenyataannya, setiap kita membelanjakan uang kita untuk barang keinginan yang bukan kebutuhan kita saat itu pula kita sedang ‘memiskinkan’ diri kita sendiri untuk masa yg akan datang.

Jika hal diatas terjadi pada kita, wajar saja, karena mayoritas dari kita juga mengalami hal yang sama. Tapi apakah yang mayoritas selalu benar ? Tentu tidak, bukan.
Jadi, jika kita masih belum dapat menyisihkan penghasilan kita walaupun peningkatan penghasilan sudah bertambah diatas inflasi, mungkin ‘keinginan’ kita untuk benda2x yang kurang penting yang terlalu besar, ya mungkin masih terlalu besar untuk skala penghasilan kita sekarang. 

Jadi setelah kita mengetahui hal diatas, mulailah menyisihkan penghasilan kita dan kurangi keinginan barang-barang konsumtif yang hanya sebatas keinginan dan bukan kebutuhan. Jika tidak, sampai kapanpun kita tidak akan pernah mencapai kebebasan finansial. Mengapa ? karena pengeluaran kita bertambah seiring dengan penghasilan kita, maka seumur hidup kita harus bekerja untuk memastikan penghasilan kita dapat minimal mengejar meningkatnya harga barang kebutuhan. Ya, semoga kita semua sehat selalu dan dapat terus bekerja sampai tua. Namun apakah harus seperti itu, menjalankan rutinitas setiap hari dengan aktivitas yang sama untuk ‘bertahan hidup’.

Apakah kita tidak mau untuk memulai dari sejak muda untuk ‘mengorbankan’ sedikit keinginan anda dan menyisihkan sisa dari penghasilan anda sebagai aset yang sedikit demi sedikit namun pasti yang pada suatu saat nanti, aset tersebut akan menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan kita tanpa kita harus terus menerus melakukan aktivitas yang sama terus-menerus dan kadang mengorbankan waktu yang berharga bersama orang yang anda cintai hanya untuk tuntutan atau tanggung jawab pekerjaan?

Saya akan berikan satu ilustasi tentang 2 orang yang paling kuat di suatu desa yang ditugaskan oleh kepala desa untuk menyediakan air bersih untuk warga suatu desa yang kekeringan. Saat diberi amanat, mereka langsung membawa ember dan bergegas menuju sungai terdekat yang ada di bukit yangdiketahui airnya bersih. Hal itu mereka lakukan secara rutin tiap hari untuk memastikan pasokan air bersihnya cukup. Namun, karena kebutuhan penduduk desa akan air semakin besar, tentunya mereka harus bekerja lebih keras lagi.
Karena itu orang pertama memutuskan untuk menggunakan ember yang lebih besar, juga bekerja lebih lama dan lebih cepat sehingga bisa membawa air lebih banyak dari sebelumnya. Begitu terus yang dilakukan orang pertama. Namun, orang kedua berbeda dengan orang pertama, dia tetap bekerja dengan waktu yang sama dan ember yang sama, sehingga dia tidak terlalu lelah dan sisa waktu dan tenaganya tiap hari dia gunakan untuk membuat pipa. Warga desa sangat senang dengan hasil kerja orang pertama karena dapat menyediakan pasokan air yang banyak untuk mereka, dan sebaliknya mentertawakan orang kedua karena air yang dibawanya sedikit dan malah membuang waktu dan tenaga untuk membuat pipa. Demikian yang dilakukan mereka tiap hari sampai akhirnya setelah bertahun-tahun, kedua orang kuat itu sudah semakin tua, dan baik orang pertama maupun orang kedua sudah tidak dapat membawa air sebanyak dulu lagi, namun ada perbedaan yang mencolok, orang kedua yang dari dahulu membuat pipa, sekarang sedang menyambungkan pipa tersebut supaya dapat dialiri air dari sungai menuju ke desa, sehingga warga desa tidak perlu lagi menunggu mereka membawa air, karena air akan turun dengan sendirinya melalui pipa dari sungai di bukit ke pemukiman warga desa.

Nah, begitu juga yang terjadi dalam hidup kita, seringkali kita bekerja terlalu keras dan bekerja lebih keras lagi untuk menghadapi harga-harga barang yang terus meningkat dari waktu ke waktu, sehingga kita terlalu lelah dan tidak punya waktu untuk membuat ‘pipa’ penghasilan anda yaitu aset. Padahal aset itu yang akan nantinya memberikan passive income, dimana saat anda tidak lagi tidak punya cukup ‘kekuatan’ untuk bekerja, income anda terus mengalir untuk memenuhi kebutuhan anda, persis sperti pipa yang selalu terus mengaliri air ke desa tadi.

Sekarang kalo kita sudah tahu kalau menyisihkan penghasilan itu penting untuk menjadikannya sebagai aset di masa ‘pensiun’ kita nanti yang akan terus mengaliri kita income terus menerus, sekarang kita tinggal memilih bentuk aset apa yang cocok. Karena salah memilih ‘pipa’ bisa berakibat fatal juga.

Jika kita sudah dapat menyisihkan penghasilan kita, itu baik. Tapi apakah penghasilan itu dapat menjadi aset yang dapat menghasilkan ‘income’ terus menerus di saat ‘pensiun’ nanti ? Apakah tidak ada bentuk investasi lain yang lebih menguntungkan ?
Ok, mari kita bandingkan beberapa macam investasi yang ada setidaknya saat ini.

1. Tabungan
Yang paling umum pastinya mayoritas orang menyisihkan penghasilan dan memasukkannya ke tabungan. benar begitu ? Tapi apakah mayoritas selalu benar ? Belum tentu, bukan. Tentunya kita tahu kalo tabungan saat ini memberikan bunga atau imbal hasil sebesar 2% setahun. Apa artinya ? Artinya dalam waktu 1 tahun, jika kita menabung sebesar 1 juta, maka tahun depan akan menjadi 1 juta 20 ribu. Apakah menguntungkan ? Ya, menguntungkan jika dibandingkan anda barang konsumtif sperti gadget dan lainnya, yang harganya dalam setahun akan berkurang dengan pasti, tapi jelas sama sekali Tidak Menguntungkan jika dibanding dengan inflasi yang sebesar 5% setahun sekarang ini. Ya, inflasi 5% setahun sedangkan tabungan anda hanya memberikan hasil 2% setahun. Artinya apa yang anda kumpulkan dan anda tabung sekarang, taun depan akan menjadi lebi kecil nilainya. Apakah investasi dalam bentuk tersebut dapat kita jadikan aset yang dapat memberikan penghasilan rutin untuk kita di masa ‘pensiun’ nantinya ? Tentunya tidak kan.

2. Deposito
Bentuk investasi ini jenisnya sama seperti tabungan, namun memiliki jangka waktu tertentu dan tidak dapat kita ambil sewaktu-waktu. Namun, memberikan bunga atau imbal hasil untuk kita yang jauh lebi besar daripada, kalau tadi tabungan ‘hanya’ memberikan bunga sebesar 2% setahun, maka deposito bisa memberikan sebesar 6% setahun. Seperti kita ketahui sebelumnya inflasi tahunan adalah 5%, maka jika kita memiliki deposito maka kita ‘aman’ dari inflasi. Ya kita masi punya ‘kelebihan’ 1% dalam setahun. Tapi apakah 1% setahun merupakan nilai yang cukup untuk memberikan penghasilan kita untuk masa ‘pensiun’ nantinya ? Tentu tidak kan.

3. Properti
Dalam hal ini bisa tanah, rumah, apartemen, ruko dan bentuk bangunan lainnya. Apakah bentuk investasi ini menguntungkan ? Tergantung, apakah kita sudah memilih lokasi yang benar. Ya, untuk tanah, lokasi merupakan faktor terpenting yang sangat penting diperhatikan, sedangkan jika rumah/apartemen/ruko atau lainnya kita juga harus memperhatikan faktor developer/pegembang yang membangunnya. Setelah lokasi dan pengembang, barulah sebelum melihat harganya. Ya, kita harus membandingkan harga properti yang kita akan beli tersebut dengan harga properti di sekitarnya. Mengapa ? Karena itu akan sangat menentukan, menguntungkan atau tidaknya investasi kita. Kalau harga properti lebih tinggi dari harga property di sekitarnya artinya peluang properti kita akan mengalami kenaikan akan sangat kecil, karena properti di sekitar kitalah yang akan lebi dulu naik sehingga minimal menjadi sama dengan harga properti kita. Sebaliknya kalau harga properti kita lebih rendah dari harga properti di sekitarnya, bersiaplah untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga property kita.
Khusus untuk property, investasi ini memiliki keuntungan ganda, karena selain kenaikan harga yang minimal 10% pertahun (lebih besar dari inflasi pastinya), juga kita bisa sewakan properti kita dengan harga sewa minimal 5% setahun. Jadi jika kita melakukan investasi di properti minimal kita akan mendapat total 15% pertahun. Menguntungkan bukan, jika dibanding 2 bentuk investasi sebelumnya yaitu tabungan atau deposito. Ya, 15% setahun, sedangkan inflasi 5% setahun. Artinya kita masih memiliki kelebihan 10% setahun. Apakah ini bentuk investasi ini dapat menjadi ‘aset’ yang terus memberikan penghasilan untuk kita pada saat ‘pensiun’ nantinya ? Tergantung berapa besar nilai properti kita. Kita ambil contoh, jika kita memiliki properti sebesar 100 juta, berdasarkan hitungan diatas, kita akan mendapatkan 15% atau 15 juta dalam setahun atau kurang lebih 1,2 juta dalam sebulan. Jika dibandingkan dengan upah minimum, jumlah segitu tentunya lebih kecil bukan. Belum lagi, berapa lama waktu yang kita perlukan untuk mengumpulkan uang sampai sebesar 100 juta. Mungkin untuk sebagian orang ini mudah, namun melihat kenyataan penghasilan rata2x masyarakat kita, tampaknya harus memakan waktu belasan tahun untuk mengumpulkan jumlah sebesar itu. Jadi apakah bentuk investasi ini dapat kita andalkan sebagai ‘penghasilan pasif’ saat kita pensiun nantinya untuk memenuhi kebutuhan kita, kalau besar mungkin ya, tapi kalau kecil kelihatannya tidak.

4. Emas

Merupakan salah satu bentuk komoditi yang memiliki ‘mark to market’ paling jelas dibanding komoditi lainnya. Ya, emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cukup populer dari dulu sampai sekarang karena nilainya yang cenderung naik dari waktu ke waktu. Kalau sebelumnya kita tahu bahwa properti memberikan hasil rata2x 15% setahun, tingkat keuntungan yang sama yaitu 15% pertahun juga akan kita dapatkan dari tingkat kenaikan harga emas tersebut. Namun, emas tentunya lebih mudah kita jual sewaktu-waktu bukan, dibanding properti yang bisa butuh waktu lama untuk kita mendapatkan pembeli yang mau membeli di harga yang kita minta. Tapi apakah emas ini merupakan investasi menguntungkan. Tentunya yang harus kita perhatikan adalah harganya. Kalau untuk properti, kita membandingkan antara harga properti yang akan kita beli dengan harga properti disekitarnya untuk memastikan kalau harga properti tersebut tidak kemahalan, maka begitu juga saat kita akan membeli emas. Nah, bagaimana kita bisa mengetahui harga emas sebenarnya atau biasa disebut nilai instrinsik emas ? harga emas ini memang unik karena nilainya bergantung dari jumlah emas yang beredar dibanding dengan jumlah uang yang beredar di dunia ! Wah, lalu bagaimana mungkin kita dapat menghitung jumlah emas dan uang yang beredar ? Namun tenang saja, ada cara termudah untuk mengetahui harga dasar emas, yaitu dengan membandingkannya dengan logam mulia sejenis yaitu Perak ! Mengapa perak ? Karena perak merupakan logam mulia yang dari jumlahnya di alam memiliki perbandingan 1:15 (bisa kita baca di http://baituldinar.com/?Artikel) . Artinya harga instrinsik emas adalah 15 kali harga perak. Sampai hari ini harga perak per gram ada di kisaran 15 ribu rupiah. Artinya, harga instrinsik emas adalah 15 kali dari 15 ribu, yaitu 225 ribu. Berapa harga emas sekarang ? Sampai hari ini harga emas masih di kisaran 500 ribu rupiah, artinya harga yang sekarang sudah sangat kemahalan, bukan. Mengapa bisa terjadi seperti itu ? Ya, emas ini memang sangat dipengaruhi psikologis pasar sehingga kadang harganya dapat meningkat tajam apalagi di masa krisis ekonomi global seperti sekarang sehingga investor cenderung mencari alternatif pilihan investasi yang ‘aman’ dalam bentuk emas akibatnya harga emas terus melonjak ke tingkat harga yg sekarang. Apakah harga emas mungkin turun, bukankah harganya terus naik dari waktu ke waktu ? Secara umum memang cenderung naik, apalagi 10 taun terakhir ini, harga emas terus naik di luar batas normal (seperti yang biasa ditampilkan di beberapa buku yang membahas investasi emas belakangan ini). Namun apakah sebagian dari kita mungkin tidak mengetahui bahwa hal seperti ini dimana harga emas meningkat tajam karena dibarengi krisis ekonomi global pernah terjadi juga 30 tahun yang lalu. Bisa kita lihat di grafik pergerakan harga emas selama 35 tahun terakhir di website ini : http://inginbahagia.com/graik-harga-emas-dalam-waktu-35-tahun-terakhir.html . Di tahun 1980 awal pernah terjadi fenomena yang persis sama dimana harga emas meningkat mencapai titik puncaknya, lalu kemudian turun drastis, dan terus tidak bergerak naik selama 20 tahun dari tahun 1982 sampai tahun 2002. Karena apa, karena harga emas pada saat itu sudah ‘kemahalan’ jika dibanding dengan harga perak untuk kadar dan jumlah yang sama. Ya, fenomena yang persis sama seperti sekarang bukan, dimana harga emas sudah sangat over-valued atau overprice dari harga perak. Jadi apakah emas merupakan bentuk investasi yang menguntungkan saat ini? Apakah kita siap menerima jika saat kita beli emas dengan harga sekarang, lalu harganya menurun drastis dan tetap tertahan di harga yang sama selama 20 tahun, sementara harga barang2x kebutuhan tentunya terus meningkat kan selama 20 tahun kedepan. Ingat, fenomena yang pernah terjadi 30 tahun lalu, hendaknya menjadi pembelajaran buat kita semua, agar jangan sampai kita terperosok dalam kesalahan yang sama. Jadi kesimpulannya emas mungkin merupakan bentuk investasi yang baik, tapi untuk saat ini, kelihatannya kurang tepat, bukan.

5. Saham

Saham merupakan suatu bentuk investasi yang dianggap merupakan ‘mainan’ orang kaya saja. Apakah betul seperti itu ? Mungkin dulu waktu gedung bursa efek masih di medan merdeka dan perdagangan masih menggunakan sistem manual karena belum ada sistem JATS, bisa jadi hal tersebut benar. Namun seiring kecanggihan teknologi, dan menjamurnya peusahaan sekuritas yang semakin menurunkan batasan nominal untuk investasi minimal di bursa saham (saat ini sekuritas sudah ada yang memberikan batasan minimal sampai 3 juta rupiah untuk membuka account online trading), serta perbaikan dari sistem JATS sendiri (sekarang menggunakan JATS-Next G), spertinya sekarang hampir semua orang dapat mulai melakukan investasi dalam bentuk saham. Namun bukankah modal yang dibutuhkan untuk membeli 1 jenis saham cukup besar ? Tergantung sahamnya, bahkan saat ini untuk memiliki saham perusahaan sekaliber Bakrieland, kita hanya memerlukan modal kurang lebih 60 ribu rupiah saja. Tidak percaya, silahkan cek harga saham tersebut di : http://akses.ksei.co.id/members/issuers/bakrieland-development (lihat bagian closing price). Ya, harganya ada di kisaran 100-an rupiah. Berapa minimal modal yg dibutuhkan untuk membeli sahamnya : 500 lembar (1 lot) x closing price. Ya, kurang lebih 60 ribu rupiah, bukan. Dengan uang tidak terlalu besar kita dapat memiliki saham salah satu perusahaan ternama, bagaimana anda berminat ? Namun, tentunya bukan itu poin pentingnya kan, karena tujuan investasi adalah untuk menciptakan ‘aset’ yang dapat memberikan penghasilan rutin yang cukup untuk ‘menghidupi’ kita di masa kita tidak bekerja lagi, bukan. Apakah saham dapat diandalkan ? Berdasarkan data pada grafik perkembangan kenaikan harga saham keseluruhan di bursa efek, maka jika dirata-rata tingkat kenaikannya sebesar 30% dalam setahun. Ya, 30% setahun atau 2 kali lipat hasil yang didapat jika kita berinvestasi di properti. Cukup menjanjikan, bukan. Namun, perlu kita ingat bahwa harga saham sangat berfluktuasi dan dapat naik atau turun secara drastis hingga 100% dari harga sebelumnya. Lalu, bagaimana kita menghadapinya. Tentunya kita harus memahami dulu fundamental atau mengetahui informasi kinerja di tahun-tahun sebelumnya untuk perusahaan yang akan kita beli sahamnya. Kita perlu mempeelajari laporan keuangan perusahaan tersebut, memperhatikan beberapa rasio keuangan untuk mengetahui leverage, tingkat pertumbuhan, kemampuan mengelola aset menjadi laba, kemampuan bayar utang perusahaan, dan faktor2x penting lainnya yang tentunya sangat memakan waktu. Belum lagi kita harus menghitung statistik dari perkembangan harga saham perusahaan tersebut dari tahun ke tahun, membandingkannya juga dengan harga saham rata-rata industri sejenis, membandingkan juga dengan harga saham rata-rata perusahaan yang mensupport dan disupport oleh jenis industri tersebut. Belum lagi kita harus mengetahui valuasi dari harga saham tersebut, dan tingkat pertumbuhan dividennya juga. Karena dividen juga merupakan salah satu faktor ‘passive income’ untuk pemilik saham. Namun ironisnya, perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan yang baik malah memberikan persentase dividen yang kecil untuk para pemegang sahamnya.
Jadi apakah saham merupakan bentuk investasi yang menguntungkan dan dapat dijadikan aset ? Jika kita memiliki pengetahuan statistik yang cukup, kemampuan untuk membaca laporan keuangan dengan baik, mungkin jawabannya ya. Namun, jika kita hanya mengandalkan insting atau nasehat dari konsultan yang bekerja di sekuritas saja tanpa melakukan perhitungan sendiri, kelihatannya saham bukan merupakan pilihan yang tepat.

6. Forex (Mata uang asing)
Instrumen investasi ini merupakan instrumen investasi yang peminatnya meningkat pesat dalam kurun 10 tahun belakangan ini. Saat ini banyak investor terutama yang ‘risk taker’ beralih dari saham ke forex karena tedapat beberapa keuntungan seperti bebas biaya komisi, bebas pajak, volatilitas yang tinggi, volume yang besar, waktu perdagangan yang panjang, dan banyak kelebihan lainnya. Perkembangan forex juga didukung dengan bermunculannya para bandar internasional (international forex broker) yang memberikan kesempatan untuk semua kalangan masyarakat memulai investasinya dengan modal sangat minimal, bahkan hanya dengan 10 USD atau tidak sampai 100 ribu rupiah, kita dapat memulai mencoba investasi di forex untuk membuka account online trading, bandingkan dengan online trading dalam bentuk saham yang saat ini minimalnya adalah 3 juta rupiah. Lalu apakah untuk berinvestasi dalam forex ini memerlukan kemampuan teknikal tertentu seperti pada saham. Tentunya ya, kita harus memiliki cukup kemampuan statistik untuk membaca pergerakan harga forex yang terus berubah dari waktu ke waktu. Ya, kemampuan statistik merupakan faktor terpenting dalam bertransaksi forex dan ketepatan dalam analisa statistik ini sangat menentukan lebih dari 80% keberhasilan kita mendapatkan keuntungan dari transaksi forex. Berbeda dengan saham, yang walaupun kita sangat ‘mahir’ dalam analisa statistik, tanpa didukung pemahaman fundamental yang kuat dalam memahami kinerja perusahaan tersebut baik dalam skala perusahaan, skala sektor industri dan lainnya; maka perhitungan statistik kita bisa jadi hanya berdampak kecil dalam memastikan keberhasilan kita dalam menentukan harga saham mana yang akan naik atau turun. Karena itu walaupun mungkin konsep transaksinya mirip, namun forex sedikit lebih sederhana untuk dijadikan salah satu bentuk investasi menguntungkan. Belum lagi, jika pada saham kita mengharapkan harga saham yang naik sehingga kita mendapatkan keuntungan. Maka pada forex, baik nilainya naik maupun turun, asal analisa kita sudah tepat, kita berpeluang bisa mendapatkan keuntungan dari setiap transaksi. Sebenarnya pada saham juga dikenal istilah short-selling yang dapat memberikan keuntungan pada saat harga saham turun, namun sayangnya sekarang ini makin banyak perusahaan yang melarang sahamnya dilakukan short-selling terutama untuk saham syariah yang terdaftar dalam JII. Untuk produk derivatif saham seperti opsi juga memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan pada saat harga saham mengalami penurunan, namun sayangnya belum semua sekuritas memberikan fasilitas untuk melakukan trading opsi terutama secara online trading.
Jadi apakah forex dapat dijadikan bentuk investasi yang menguntungkan. Ya, jika kita memahami statistik secara mendasar yang nantinya digunakan untuk ‘membaca’ arah pergerakan nilai suatu forex. Hanya itu saja ? Ya, seperti sudah dijelaskan sebelumnya pemahaman statistik dalam forex memegang peranan vital dan menentukan lebih dari 80% keberhasilan kita dalam membaca arah pergerakan harga. Dan ingat dalam forex, naik atau turunnya harga, sama2x memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan.
Berapa sih rata-rata keuntungan yang dapat diberikan jika kita bertransaksi forex secara rutin ? Berdasarkan data yang didapat dari rata2x keuntungan transaksi para trader forex, keuntungan yang dihasilkan kurang lebih 30-80% dalam sebulan. Ya, dalam 1 bulan, bandingkan dengan bentuk investasi lainnya yang rata-rata hanya memberikan keuntungan 30% dan kita harus menunggu selama 1 tahun. Ya, jika kita memiliki 10 juta rupiah, maka kita mungkin perlu menunggu 1 tahun supaya uang kita bertambah menjadi 13 juta jika kita investasikan dalam bentuk investasi lain dengan asumsi 30% tingkat pertumbuhan dalam setahun. Namun dalam forex, hasil yang sama dapat kita raih dalam waktu 1 bulan atau paling lama 3 bulan. Menguntungkan ? Apakah dapat dijadikan ‘aset’ yang dapat memenuhi kebutuhan hidup anda pada saat anda tidak bekerja lagi? Mungkin pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya, bukan.

Setelah mengetahui perbandingan beberapa bentuk investasi diatas, kita mungkin berpikir mengapa tidak semua orang menginvestasikan dananya dalam bentuk forex. Untuk hal tersebut ada beberapa alasan tentunya.

Ada yang menganggap forex itu sebagai judi karena hasilnya tidak menentu dan tidak dapat dipastikan, bagaimana mungkin sesuatu yang tidak pasti dapat dijadikan penghasilan ? Sekarang, siapakah yang dapat memastikan bahwa penghasilan yang kita dapatkan sekarang dapat kita dapatkan juga bulan depan untuk yang bekerja, atau kita dapatkan besok untuk yang berdagang. Bisa jadi tempat anda bekerja atau berdagang sekarang besok sudah tidak ada lagi. Tidak ada yang tahu, kan? Hanya bedanya kemungkinannya saja yang mungkin kecil sehingga banyak orang terlena dengan ‘penghasilan rutin’ yang mereka dapatkan secara periodik dari waktu ke waktu, dan tidak berani mencari sumber penghasilan lain yang lebih berisiko.

Ada prinsip: penghasilan dari investasi yang pasti pasti itu, pasti kecil, dan yang tidak pasti itu biasanya besar. Ya, semakin besar risiko suatu investasi, peluang untuk mendapatkan keuntungannya juga besar. Yang penting adalah bagaimana kita memanajemen risiko dari investasi tersebut sehingga dapat menghasilkan keuntungan optimal (bukan maksimal) dengan risiko yang minimal. Salah satu kunci dalam bermain forex yang penuh risiko adalah keberanian, maka itu tidak heran mengapa para trader dalam forex dulunya adalah orang yang tidak berhasil dalam pendidikan walaupun ada sebagian yang bergelar doktor juga. Ya, banyak mereka yang tidak berhasil dalam pendidikan sewaktu usia sekolah dan mala sebagian yang terkenal nakal dan suka melawan guru, memang banyak yang pada akhirnya sukses dibanding orang yang alim atau kutu buku pada waktu usia sekolah. Apa yang membedakan ? Salah satunya adalah keberanian. Ya, kalau di sekolah yang selalu taat peraturan dan mengikuti semua petunjuk guru serta mengikuti panduan belajar dari gurunya yang akan mendapat hasil maksimal, maka dalam kehidupan nyata, yang berhasil adalah orang yang berani mengambil risiko untuk mencoba hal baru, berani berbuat salah dan belajar dari kesalahan yang telah dilakukanlah yang akan lebih berhasil pada akhirnya.

Sebagian orang mungkin cukup berani untuk menghadapi risko dalam ‘bermain’ forex dan percaya bahwa forex memang dapat menjanjikan keuntungan yang besar jika kita terus memperhatikan pergerakan harga forex tersebut dari waktu ke waktu dan menganalisanya. Namun apakah kita mempunyai cukup waktu untuk terus di depan layar monitor dari pagi hingga malam untuk mengamati harga forex sehingga berpeluang lebih besar untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari naik turunnya harga forex. Hal inilah yang membuat banyak orang yang sekalipun memiliki jiwa yang berani namun enggan untuk melakukannya.

Namun, apakah dengan begitu berarti kita meninggalkan begitu saja peluang untuk mendapatkan keuntungan yang pastinya lebih besar dibanding bentuk investasi lainnya. Ingat sekarang sudah zamannya teknologi. Kalau dulu semua proses bisnis dikerjakan secara manual seperti pembuatan mobil, yang dulu dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk merakit sebuah mobil sampai dapat digunakan dengan baik, sekarang dalam hitungan jam, perakitan mobil dapat dikerjakan. Apa yang membedakan ? Apakah orang bekerja dengan lebih keras ? Tentunya tidak, karena semua hal tersebut dikerjakan secara otomatis dengan menggunakan sistem, dimana sistem tersebut dibuat terintegrasi satu dengan yang lainnya baik dari perakitan bodi maupun perakitan mesin. Ya, penggunaan sistem yang tepatlah yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu efisiensi dan efektivitas. Hasilnya kalau pada mobil zaman dulu sering terjadi pemasangan komponen yang kurang baik terutama pada bagian karet2x sehingga kadang ditemukan rembesan jika terjadi hujan, maka hal tersebut sangat jarang ditemukan pada mobil zaman sekarang karena semua pengerjaannya dikerjakan menggunakan ‘robot’ yang pastinya sudah disetting lebih presisi.

Kalau perakitan mobil saja yang memiliki banyak komponen dapat dikerjakan dengan otomatisasi melalui sistem, begitu juga dengan transaksi forex !
Dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi terutama dalam perangkat lunak atau software khususnya programming, saat ini transaksi forex sudah dapat di-OTOMATISASI. Ya, seperti kita ketahui sebelumnya bahwa faktor terpenting penentu keberhasilan trading atau transaksi forex adalah ketepatan dalam melakukan analisa statistik. Bukankah analisa statistik adalah menggunakan berbagai metode perhitungan yang konsep-konsepnya sudah baku dan pasti. Bukankah semua itu dapat diformulasikan dalam suatu bentuk aplikasi melalui bahasa pemrograman tertentu. Ya, kemajuan teknologi membuat semua hal tersebut menjadi mungkin, dan satu lagi kabar baiknya adalah kebanyakan dari bandar forex internasional menggunakan aplikasi untuk forex online trading dengan menggunakan bahasa pemrograman MQL4, yang merupakan pengembangan dari bahasa pemrograman C++ (dan sebagian mengembangkannya dalam platform Java, yang notabene merupakan turunana dari bahasa C juga). Ya, pemrograman dengan basis C++ lah yang banyak mereka gunakan, dimana bahasa pemrograman tersebut merupakan bahasa pemrograman dasar bagi kalangan programmer tentunya kan. Bagi yang ingin megetahui lebih jauh mengenai bahasa pemrograman MQL4 bisa cek link berikut : http://www.mql4.com/ , barangkali ada yg tertarik menciptakan sistem otomatisasi trading juga. 

Dengan basis pemrograman C++ tersebut, kita dimungkinkan untuk membuat aplikasi berbasis bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan aplikasi para bandar forex internasional yang menggunakan basis bahasa pemrograman yang sama. Seperti yang saya dan rekan lakukan, kami membuat aplikasi otomatisasi trading yang sudah dilengkapi atau ‘dipersenjatai’ dengan berbagai perangkat statistik yang penting dan biasa digunakan sebagai panduan dalam transaksi perdagangan forex mulai dari Stoch, MACD, RSI, perbandingan MA dengan variasi periode, maupun beberapa tools statistik lain dan beberapa tambahan analisa yang didapat dari pengalaman trading yang diformulasikan dalam program menjadi suatu aplikasi yang dapat menjadi ‘trigger’ untuk menentukan kapan harus melakukan ‘buy’ dan kapan harus melakukan ‘sell’, dimana semuanya itu dilakukan OTOMATIS oleh sistem tanpa interupsi dari siapapun karena diletakkan dalam satu VPS (Vritual Private Server) yang running 24 jam nonstop. Ya, ‘interupsi’ yang kita lakukan hanyalah mengecek apakah sistem tersebut sudah optimal menghasilkan keuntungan rutin untuk saya dan rekan serta beberapa investor yang mempercayakan pengelolaan dananya kepada kami dengan sistem bagi hasil.

Sekarang bukan lagi zamannya transaksi forex harus terus mengamati layar monitor terus menerus dari pagi sampai malam atau mungkin pagi lagi (untuk menganalisa). Dengan kemajuan teknologi informasi, biarkan sistem yang bekerja untuk kita, dan pada akhirnya biarkan UANG yang BEKERJA untuk kita.

Ingat, UANG bukan segalanya, karena ada yang lebih berharga dari itu semua, yaitu WAKTU. Uang bisa dicari namun waktu tidak dapat anda putar kembali. Hargai waktu kita bersama orang-orang yang kita cintai, karena waktu-waktu indah itu tidak akan pernah terulang kalau kita hanya ‘membuang-buang’ waktu kita untuk ditukarkan dengan uang, seperti yang banyak terjadi di mayoritas masyarakat kita.
Sekian dari saya, dan selamat berinvestasi.


Salam,


Ferdinand Lim, S.Kom, MM