Salah seorang guru besar filsafat Cina pernah menjelaskan makna hidup duniawi dalam bentuk cerita pendek pada seorang murid kesayangannya. Kisah ini terjadi di sebuah desa di Cina.

Pada suatu pagi, salah seorang penduduk terbangun oleh ketukan pada pintu rumahnya. Pemilik rumah itu kemudian membuka pintu dan melihat seorang wanita cantik berdiri di depan pintu. Ia tak percaya dengan penglihatannya. Wanita itu adalah wanita paling cantik yang pernah dilihatnya.

Setelah tersadar dari keterpesonaannya, ia menanyakan keperluan wanita cantik itu. Wanita itu tersenyum manis kepadanya dan berkata dengan suara yang merdu, "Aku adalah Dewi Terang. Siapapun yang menyambut kedatanganku di rumahnya akan mendapat karunia berupa kesehatan, kekayaan, dan kebahagiaan. Aku juga akan melenyapkan semua penyakit yang telah membuat begitu banyak orang menderita."Pemilik rumah nyaris tidak percaya akan keberuntungannya itu. Ia segera mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumahnya.

Kehadiran sang puteri yang cantik jelita itu membuat si pemilik rumah bergembira hati, sehingga waktu terasa begitu cepat berlalu. Dari fajar sampai tengah hari, semuanya berlalu dengan cepat. Dan sesaat kemudian sang malam pun tak terasa telah tiba.

Saat matahari telah tenggelam, terdengarlah ketukan pintu yang sangat keras. Pada awalnya, ia tak mempedulikannya. Tetapi suara ketukan itu makin lama makin keras saja. Ketika akhirnya ia membuka pintu, untuk kedua kalinya dalam hari itu juga ia tak mempercayai penglihatannya. Tetapi kali ini yang dilihatnya bukanlah wanita yang sangat cantik, melainkan satu sosok yang menakutkan. Satu sosok paling menakutkan yang pernah dilihatnya. Sesosok tubuh wanita tua bongkok yang sangat buruk, dengan pakaian compang-camping yang nyaris tak mampu menutupi tubuh tuanya yang sudah rapuh, tampak terlihat dengan jelas meskipun dalam keadaan malam yang telah gelap gulita.

Sebelum ia sempat bertanya, wanita tua itu telah berkata dengan suara yang serak dan dalam, "Aku adalah Dewi Gelap. Siapapun yang menyambut kedatanganku di rumahnya akan mendapat penderitaan berupa kemalangan dan ketidakberuntungan. Akulah pembawa penyakit dan kematian pada banyak orang. Dan, sekarang kau harus membiarkanku masuk ke dalam rumahmu." Sehabis berkata, Dewi Gelap berusaha menerjang masuk. Pemilik rumah segera menutup pintu dan menahan sekuat-kuatnya dengan segenap tubuhnya.

Mendengar adanya keributan, Dewi Terang segera keluar. Mengetahui apa yang terjadi, Dewi Terang berkata pada pemilik rumah. "Aku dan Dewi Gelap adalah dua bersaudara. Kami selalu berjalan bersama-sama. Dalam semua perjalanan, aku selalu mendahuluinya. Dan, seperti halnya bayangan, dia selalu mengikuti tidak jauh di belakangku. Siapapun yang menerimaku, maka orang itu juga harus memberikan perlakuan yang sama pada saudaraku ini." Demikianlah guru filsafat itu mengakhiri ceritanya.

Hakekat hidup harus dipahami. Dalam kehidupan ini kita harus mampu dan mau menerima hal yang baik ataupun buruk. Terimalah keberuntungan dan hal-hal yang baik dengan kerendahan hati; hadapilah ketidakberuntungan dan hal-hal yang buruk dengan ketegaran hati.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Remember matters of the past as they would become helpful tutors in the future.
Ingatlah segala hal yang terjadi di masa lalu, karena hal tersebut dapat menjadi guru kita di masa mendatang.
(The New Books : The Errors of the Late Qin Dinasty)

“Untuk tampil seperti orang kaya, kita bisa menjadi miskin.”
(Lady Marguerite Blessington)